Asrinesia.com – Untuk memamerkan kehidupan Suku Dayak Iban di Sungai Utik, Kalimantan Barat, kantor PT Han Awal & Partners Architects (HAP) di Bintaro, Tangerang Selatan mengadakan Pameran Budaya dan Arsitektur Suku Dayak Iban. Pameran ini menjadi bagian dari gelaran Bintaro Design District Festival 2019.
Pameran bertajuk “Mother Earth and Architecture” ini berlangsung sejak 28 November hingga 7 Desember 2019 ini dilengkapi dengan talkshow, bazaar seni, dan workshop tentang daur ulang.
“Suku Dayak Iban adalah masyarakat penjaga hutan adat seluas 10.000 hektar. Mereka merasa gelisah melihat kerusakaan lingkungan dan budaya yang terjadi di pelosok negeri. Lalu kami melakukan pendampingan ini diharapkan bisa mengurangi tergerusnya budaya dan tradisi lokal, meskipun tetap berinteraksi dengan perkembangan zaman,” ucap Yori Antar, Principal Han Awal & Partners dan pendiri Rumah Asuh.
Berangkat dari keprihatanan tersebut, pihaknya terinspirasi untuk melakukan pendampingan. Pendampingan terhadap masyarakat tradisional Suku Daya Iban di Sungai Utik di pedalaman Kalimantan tersebut dilakukan bersama Rumah Asuh, Tirto Utomo Foudation Yayasan Widya Cahaya Nusantara (YWCaN).
Dalam prosesnya, mereka akan menghadirkan dua bangunan yang difungsikan sebagai Rumah Budaya dan Rumah Ibadah.
Upaya pendampingan ini sejalan dengan apa yang dirasakan tetua adat Suku Dayak Iban. Mereka ingin maju tanpa merusak hutan yang selama ini mereka jaga. Salah satu upaya yang dilakukan adalah didirikan dua bangunan yang dibangun dengan menggunakan cara dan teknik arsitektur tradisional.
Rumah panjang yang dimiliki masih utuh dan mampu mempertahankan hutan adatnya. Sehingga cocok dijadikan role model untuk masyarakat Dayak lainnya.
Selain itu, juga akan dibangun rumah Ibadah Gereja Katolik yang dirancang dengan menggali nilai-nilai dan kearifan lokal setempat. Gereja dirancang bukan dengan kursi yang menghadap ke altar melainkan duduk lesehan menggunakan lampit.
“Kami ingin menghadirkan rumah yang akan menjadi tempat untuk meletakkan benda pusaka, sekaligus ruang untuk pemberdayaan masyarakat. Mereka juga meminta kami untuk merancang sebuah tempat ibadah. Kami akan membangunnya dengan pendekatan budaya dayak Iban. Contoh saja, rumah tradisional Suku Dayak Iban memiliki ruang tamu bersama. Kedua bangunan itu pun akan didirikan dengan menggunakan material kayu setempat. Mengedepankan sistem sirkulasi udara, sehingga di dalamnya bisa merasakan sejuknya angin dari sekitar area. Selain itu, sistem ini juga lebih ramah lingkungan.” Tutup Yori.