Asrinesia.com – Nuansa baru pada Uji Trail Paket Wisata Budaya di Timor Tengah Selatan – NTT, yang diselenggarakan tanggal 12 – 13 Juli 2019 di Kapan – Soe dan Fatumnasi – Mollo, TTS – NTT, mendapat sambutan hangat dari wisatawan.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia diisi dengan Workshop pangan lokal dan fermentasi buah lokal, di Lakoat Kujawas, menikmati Lopo Mutis dan menghadiri Pesta Panen Feset Tohalat Mollo di Mutis, Timor Tengah Selatan – NTT.
Kegiatan ini juga melibatkan Tim Percepatan Wisata Sejarah Religi Tradisi dan Seni Budaya, yang membantu memonitoring dan mengevaluasi kegiatan Uji Trail ini.
Uji Trail pertama berupa paket baru dengan judul Mnahat Fe’u/Heritage Trail, yaitu mengolah hasil panen menjadi suatu yang baru. Paket ini diproduksi oleh Komunitas Lakoat Kujawas, yang diketuai oleh Dicky Senda, anak muda asli dari wilayah Soe yang peduli dan memanfaatkan produk wisata yang ada di daerahnya dengan memberdayakan masyarakat disekitarnya mengajarkan, mengolah potensi produk yang dihasilkan wilayahnya menjadi sebuah produk wisata layak jual dan mengemasnya menjadi paket wisata.
Kegiatan, dipusatkan di satu titik yakni di basecamp komunitas, diisi dengan beberapa workshop kecil, yang fokus ke pangan/kuliner orang Mollo dan peranakan Cina Mollo. Teknik teknik pengolahan makanan lokal mulai dari fermentasi, pengasapan, pengeringan, asinan, manisan, dll. Disini dijelaskan proses fermentasi dari buah buahan yang ada di Mollo, seperti buah Lakoat, belimbing, jambu, jeruk yang diolah menjadi sambal kulit jeruk, minuman dan manisan. Diterangkan dari proses pembuatan hingga latar belakang sejarah budayanya.
Selain itu juga para wisatawan diajak melihat koleksi komunitas sebagai ruang arsip sejarah budaya Mollo, beberapa koleksi foto, buku, film serta atraksi menenun dari anak anak Mollo. Ada juga penyambutan wisatawan secara tradisional dengan menggunakan bahasa lokal dan menyuguhkan welcome drink berupa olahan Jahe, Kopi dan kulit kopi.
Wisatawan diajak menari bersama tarian Bonet yaitu tarian yang bercerita tentang berkebun dari mulai masa tanam sampai panen, tarian ini adalah khas suku Dawan, Menyanyi dan Menari sambil bersyair, tarian syukur pesta panen, dengan syair bahasa lokal, sejenis pantun yang saling bersahut-sahutan, membentuk lingkaran sambil berpegang tangan dan bernyanyi diiringi irama dari lesung yang digunakan untuk menumbuk padi.
Terakhir wisatawan disuguhkan tata cara makan tradisional adat Mollo dengan hidangan dan makanan tradisional hasil olahan Lakoat Kujawas, dengan peralatan makan ramah lingkungan yang diproduksi sendiri oleh mereka.
Secara umum paket yang ditampilkan sudah bagus, mengedukasi dan sudah melibatkan wisatawan pada tiap kegiatannya.
Setelah itu para wisatawan melanjutkan Uji Trailnya ke homestay Lopo Mutis di Fatumnase, yang berada di bawah kaki gunung Mutis. Lopo Mutis ini milik ketua adat bernama Mateos Anin (80), merangkap kepala Badan Pengawas Desa sekaligus Pemangku Adat.
Sesampainya di tempat, wisatawan disambut secara adat dengan bahasa Dawan, diiringi musik khas Mollo, pengalungan selendang motif tenun khas Mollo dan menari bersama, sebagai ucapan selamat datang.
Penginapan di Lopo Mutis, merupakan homestay berbentuk Rumah Adat Suku Mollo, dengan nuansa tradional dengan fasilitas yang masih terbatas tanpa TV, air panas dan penghangat kamar, namun cukup menyenangkan untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi menginap.
Di kawasan seluas 2100 meter persegi dengan lansekap yang menawan ini berdiri 10 homestay tradisional berbentuk bundar dan masing masing berukuran 3×3 meter. Setiap homestay diisi dengan 3 tempat tidur yang terbuat dari kayu dan bambu. Sedangkan dindingnya memakai bambu agar terasa hangat. Atapnya dari alang alang dan rumput dan lantainya dibiarkan dari tanah.
Pintu keluar masuk homestay ini hanya berukuran 70×60 Cm, dengan demikian keluar masuk homestay ini kita harus merunduk dengan alasan, si tamu harus tunduk kepada aturan tuan rumah, leluhur, alam dan Yang Maha Kuasa.
Homestay yang ada sejak tahun 2010 ini untuk menjaring para wisatawan yang hendak menikmati keindahan gunung Mutis.Menurut Anin, homestaynya ini banyak diminati oleh tamunya terutama tamu dari mancanegara
Di kawasan ini terdapat beberapa bagian diantaranya “Rumah Api” tempat bersantap malam. Rumah ini letaknya di belakang tempat penerimaan tamu, berbentuk persegi panjang dilengkapi dengan api unggun sebagai penghangat, karena suhu di Mutis berkisar 10 – 15 derajat.
Wisatawan juga diajak menikmati Pesta Panen Feset Tohalat Mollo di Mutis, Timor Tengah Selatan – NTT. Pesta ini merupakan acara syukur hasil panen, menampilkan tradisi budaya dikaitkan dengan alam dan lingkungan dan ritual adat meliputi tarian alam dan dikemas dengan budaya di Mollo.
Acara dimulai dengan ritual, ada beberapa permainan tradisional dan makan adat. Lalu diisi dengan atraksi budaya dari tiap desa, menari, menyanyi, main musik tradisional, menenun dll.
Acara Feset Tohalat Mollo yang difasilitasi oleh Lembaga adat ini punya visi selain revitalisasi budaya, ada ruang bagi generasi muda Mollo untuk belajar budayanya sendiri, bisa sekalian menjadi program wisata minat khusus yang berbasis komunitas. Juga menghidupkan kembali pesta adat dan ritual yang telah lama hilang. Ada 6 desa yang tergabung dalam pilot project sekolah budaya ini.
Dengan adanya uji trail ini, tujuannya untuk mencoba pengalaman yang ditawarkan dalam wisata budaya melalui tour operator, peserta bimbingan teknis yang diharapkan dapat layak jual. Produk wisata yang kelak akan siap jual dapat menjadi produk wisata yang dapat dipasarkan baik oleh pelaku melalui market place maupun menjadi bahan produk wisata siap jual melalui program misi pemasaran pariwisata (sales mission) dari Kementerian Pariwisata.
Dengan demikian, Heritage trail merupakan proses revitalisasi dalam sejarah dan budaya yang terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang secara berkelanjutan perlu didukung oleh pemangku kepentingan setempat dan pemerintah pusat. Nampaknya hasil uji trail ini sudah dapat menjadi rujukan dalam kesiapan menyusun travel pattern. Demikian dikatakan oleh Oneng Setya Harini, Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.