Peliput : Uki Basuki Rahmat
Propertidesain.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar kegiatan Temu Para Admin Media Sosial ke-3 (TERMINAL Vol. 3) bertema Inklusivitas di Media Sosial.
Acara tersebut adakan di di Melva Balemong, Ungaran, Jawa Tengah, Minggu (30/6/2024) sore hingga malam dan dihadiri 119 peserta secara luring dan 453 peserta hadir daring dalam 2 sesi.
Sebelumnya kegiatan TERMINAL sudah berlangsung dua kali yakni pertama, di Yogyakarta dengan tema “Ramalan dan Strategi Media Sosial” pada 2020, kedua di Bali dengan tema “Manajemen Krisis di Media Sosial”. “TERMINAL Vol.03: Sama Rata Sama Rasa tahun ini di Ungaran dengan tema “Inklusivitas di Media Sosial” kata Kepala Biro Komunikasi, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani.
Ia menekankan pentingnya inovasi dan peran admin media sosial pemerintah dalam mendukung Indonesia mencapai 17 tujuan SDGs pada tahun 2030, salah satunya berkaitan dengan kesetaraan dalam mengakses informasi publik.
Kegiatan yang diselenggarakan untuk ketiga kalinya ini, merupakan ajang temu para admin media sosial untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan agar konten media sosial pemerintah/instansi/lembaga dapat disajikan untuk berbagai kalangan.
Sementara itu Sesmenparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani, mengatakan kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengelolaan, dan pengalaman dalam bermedia sosial dan diupayakan bersifat inklusif sehingga mampu menyediakan akses informasi bagi masyarakat berbagai kalangan sekaligus meningkatkan komunikasi yang efektif bagi seluruh pengelola media sosial pemerintah/instansi/lembaga dan swasta dalam mengelola media sosial.
“Penting kiranya bagi para admin untuk memiliki perspektif yang progresif serta bijak sehingga bisa menyajikan konten yang dapat diterima oleh berbagai kalangan, tanpa ada unsur diskriminatif,” kata Sesmenparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani
Dalam sesi Meramu Konten Inklusif dan Ramah Disabilitas, narasumber Bagja Wiranandhika dari SILANG.ID menerangkan, ada begitu banyak tantangan dan problematika khususnya dari komunitas tuli yang jumlahnya kurang lebih 15 juta dengan 80 persen di antaranya kurang berpendidikan, buta huruf, dan setengah buta huruf.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang inklusif di media sosial agar dapat mewadahi kepentingan seluruh masyarakat termasuk penyandang disabilitas.
Ia mengatakan, setidaknya ada empat komponen utama dalam menyusun konten media sosial yang inklusif atau ramah tuli yakni menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) sebagai bahasa utama bagi banyak orang tuli, mengacu pada Ragam Aksesibilitas Tuli atau konten yang ramah dan dapat diakses oleh pengguna tuli. Kemudian merepresentasikan dan meningkatkan partisipasi tuli atau menampilkan komunitas tuli secara positif dan otentik pada media sosial. Dan yang keempat, konten memiliki sensitivitas dan kesadaran atau menghindari stereotip dan asumsi yang salah terhadap komunitas tuli.
Sebelum memasuki sesi ke-2 pada acara TERMINAL VOL.03 hadir secara daring Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Uno yang menyampaikan sambutan terkait pentingnya “Inklusivitas di Media Sosial”.
Seperti yang diketahui, media sosial kini menjadi platform yang digunakan oleh pemerintah untuk menyebarkan informasi penting terkait kegiatan/program/kebijakan pemerintah. “Media sosial menjadi sumber informasi utama masyarakat Indonesia dalam tiga tahun terakhir, maka inklusivitas harus ada dalamnya demi menghargai kesetaraan gender dan mengurangi kesenjangan sosial, pemerintah juga harus selalu up to date, mengoptimalkan tren, strategi, algoritma terbaru, dan mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs) hingga tahun 2030,” kata Menparekraf Sandiaga Uno.
Adapun Adam A. Abednego, Co-Founder Menjadi Manusia, yang juga hadir sebagai narasumber acara itu mengatakan, konten inklusif adalah bagian dari komitmen secara terus-menerus untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan termasuk dalam menyediakan tempat untuk semua kalangan agar merasa aman bermedia sosial. Hal ini merupakan proses yang secara terus-menerus dan tidak hanya menjadi satu pencapaian sementara.
“Ada dua storytelling yaitu relevansi dan relate, konten yang kesamaan dengan tujuannya ada juga lebih humanis, konten bisa ditiru tetapi branding tentang karakteristik atau simbol yang dapat dijadikan pembeda,” kata Adam.
Melalui kegiatan ini ia secara khusus mengharapkan ada tambahan wawasan dan informasi terkait pengelolaan media sosial yang inklusif seiring juga mampu memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Turut hadir pada kesempatan itu, Direktur Komunikasi Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Titus Haridjati; Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, H. Aufa Syahrizal; dan Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur, Yusuf Hartanto.